Beberapa bulan yang lalu, waktu lagi nonton video-video di Youtube, saya sempat lihat satu video yang kontennya tentang zero waste. Isinya tentang tantangan zero waste di Amerika selama sebulan yang dilakukan seorang kreator konten di Buzzfeed. Eye-opening sekali videonya. Akhirnya, saya mengikuti video-video berikutnya yang juga tentang
masalah zero waste tapi lebih ke pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, khususnya sedotan, masih
dari kreator yang sama, Auri. Saya kemudian tertarik untuk cari informasi lebih dalam tentang gaya hidup nol sampah ini.
Ternyata gaya hidup ini sudah banyak berkembang di berbagai belahan dunia. Saya lihat TedTalks video dari Lauren Singer, yang sudah menerapkan gaya hidup ini beberapa tahun. Sampai sampahnya selama 4 tahun pun bisa disimpan di mason jar! Ada juga Bea Johnson, perempuan yang sudah berkeluarga dan punya anak, berhasil buat rumahnya 100% bebas sampah. Informasi-informasi tentang zero waste ini bisa kita peroleh di internet yang sudah banyak bertebaran.
Tertarik mulai mengurangi volume sampah saya. Akhirnya saya buat langkah sederhana untuk memulai. Belum bisa zero waste tapi setidaknya bisa sampai level low waste. Saya mulai mengganti beberapa peralatan yang sering saya pakai, yang hampir semuanya dari plastik. Informasi tentang plastik pasti sudah terdengar oleh masyarakat. Bagaimana plastik sulit untuk terurai, akan berada di bumi selama ratusan tahun hingga si pembuang sudah tidak lagi ada di bumi. Dari semua plastik yang ada, hanya sekitar 30% yang bisa didaur ulang. Sisanya? Terapung di lautan dan jadi makanan hewan-hewan laut. Saya tidak mau berkontribusi untuk itu.
Lalu peralatan apa saja yang saya ganti? Ini dia...
1. Alat mandi
Sabun, sampo, dan pembersih muka yang
biasa kita pakai semua dibungkus plastik. Untuk yang kemasannya keras
mungkin masih bisa digunakan ulang ya, tapi untuk yang kemasan isi
ulang? Pasti langsung dibuang habis isinya dituang. Selain itu, zat
kimia yang kita nggak tau apa ada di dalam alat-alat tersebut. Belum ada
efek samping memang dari penggunaan sabun, sampo, dan pembersih muka di
badan saya. Namun, di lingkungan, dampaknya sudah sangat terasa.
Makanya
saya mulai belajar beralih ke all-purpose soap bar ini. Bisa buat semua
anggota badan. Wanginya tidak terlalu menusuk dan aman-aman saja.
Dipakai di rambut juga oke. Insyaallah bahan-bahannya alami dan nggak
berbahaya. Sampahnya? Kemungkinan gak ada yang dibuang ke landfill.
Guilt-free jadinya.
2. Sedotan
Ini dia!
Sedotan plastik sekali pakai yang kita buang-buang seenaknya, ternyata
buat hewan laut kena getahnya. Salah satunya penyu di video ini.
Kita santai-santai buang sedotan habis minum es, latte, atau apapun,
ternyata jadi penyebab makhluk lain menderita. Juga,
beberapa dekade ke depan, diperkirakan sedotan dan sampah plastik
lainnya akan mengalahkan jumlah dari ikan-ikan di lautan! This is not
the world I want to live in.
Setelah
berbagai riset tentang alternatif pengganti sedotan plastik, akhirnya
saya menjatuhkan pilihan ke sedotan dari logam ini. Ada alternatif lain
sebenarnya, sedotan bambu, kaca, dan kertas, tapi untuk awal saya pakai
yang ini dulu. Sedotan-sedotan semacam ini bisa digunakan kembali,
dicuci, dan tahan lama. Tidak ada sampah yang terbuang, dan kita sudah
mengurangi kemungkinan makhluk laut menderita.
Di antara semua peralatan di sini, yang sudah paling sering saya gunakan
adalah botol minum sekali pakai. Dari SMA tahun 2011-an, saya sudah
bawa botol minum sendiri ke mana-mana. Tujuan awalnya sih hemat uang
biar nggak perlu beli-beli air minum kemasan plastik. Baru beberapa
tahun setelahnya, kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik sekali
pakai ini semakin gencar disosialisasikan. Saya sih setuju-setuju saja.
Sudah lebih hemat, ramah lingkungan juga.
4. Sikat Gigi
Sampah
dari sikat gigi plastik bersama dengan sedotan, botol, dan kantung
plastik, memang membuat bumi ini kotor. Di laut dan di tanah,
sampah-sampah ini sudah menggunung dan bertebaran di mana-mana. Ditambah
lagi, sampahnya tidak bisa didaur ulang. Untuk sikat gigi,
pergantiannya cukup sering dilakukan. Batas penggunaan sikat gigi yang
dianjurkan kurang lebih 6-12 bulan. Kalau kita rajin, paling tidak dalam
satu tahun, ada dua sikat gigi yang kita buang. Bayangkan jika setengah
dari penduduk Indonesia melakukan hal yang sama? Belum ditambah dari
negara-negara lain....
Kemudian
saya beralih ke sikat gigi bambu yang bisa didaur ulang dan diurai di
tanah. Tidak ada perbedaan yang menonjol antara sikat gigi bambu dan
plastik buat saya. Tapi sikat gigi bambu yang saya pakai ini jauh lebih
lembut dari yang plastik. Selesai penggunaan sikat gigi ini bisa
langsung dikompos atau didaur ulang untuk keperluan lain. No waste!
5. Deodoran
Sama
seperti sabun dan sampo, kita tidak tahu zat kimia apa yang ada di dalam
deodoran yang setiap hari kita oleskan di ketiak. Selain itu, masalah
kemasan plastik, kaca, dan tabung spray yang langsung dibuang, juga
semakin mengganggu.
Alternatif
yang saya temukan adalah deodoran yang dioleskan dari kemasan alumunium
yang jelas bisa digunakan ulang untuk keperluan lain. Bahan-bahan yang
digunakan juga aman dan ramah lingkungan. Beberapa kali menggunakan
deodoran ini memang sama seperti yang dijual di pasaran. Hanya saja
deodoran ini lebih lama menjaga ketika saya kering. Selebihnya, masalah
wangi dan kenyamanan, tidak begitu berbeda.
6. Razor
Laki-laki
pasti nggak bisa lepas dari alat ini. Alat pencukur kumis, janggut, dan
lain-lainnya ini selalu jadi teman setia. Sayangnya, kondisi dari alat
cukur plastik itu sama seperti produk plastik. Digunakannya hanya
sebentar, tapi sampahnya ada di bumi ratusan tahun. Apalagi untuk alat
cukur plastik yang mata pisaunya menempel, mungkin membahayakan hewan
laut yang tidak bisa membedakan apa yang mereka lihat. Kantung plastik
saja sering dikira ubur-ubur, ya kan?
Akhirnya saya beralih ke alat cukur dari logam yang lebih awet dan tahan lama. Silet yang digunakan juga bisa didaur ulang. Satu silet bisa digunakan berulang-ulang sampai beberapa bulan. Tidak seperti alat cukur plastik yang sering tumpul setelah beberapa kali pemakaian.
Sebenarnya masalah lingkungan ini sangat berkaitan dengan gaya hidup kita yang maunya serbapraktis dan serbacepat. Ditambah, alat-alat di atas harganya cukup mahal. Jadi, mau nggak mau, kita harus berinvestasi dengan membayar harga mahal tapi bisa awet jauh lebih lama dari yang biasa dijual di pasaran. Mungkin langkah saya ini masih tertinggal jauh dibanding mereka yang sudah lebih menyeluruh melakukan zero waste lifestyle ini. Ke depannya mungkin saya akan secara bertahap mengurangi pemakaian plastik ini. Tidak dengan langsung membuang yang sudah lebih dulu ada di rumah, seperti sabun cari, sampo, dan pembersih muka. Lebih baik dihabiskan dulu semua, baru kemudian membeli pengganti yang ramah lingkungan.
Cheers for our better world. Kita bisa berkontribusi untuk memperbaiki bumi yang sudah tua ini, atau justru memperparah kondisi yang sudah ada. The choice is ours, and this is what I've chosen.
n,b. Semua alat ini saya beli dari Cleanomic. Mereka jual berbagai alat yang ramah lingkungan dengan harga terjangkau. Silakan lihat webnya di sini.